Akhirnya setelah sekian lama balik lagi ke blogspot. Entah bakal bertahan lama atau nggak, yang jelas gue cuma butuh tempat untuk ngerandom apapun. Tumblr udah nggak cocok—wordpress apalagi—dan seenggaknya url address baru ini cukup membantu gue menyembunyikan diri. Yah, mudah-mudahan aja bertahan.
Oke, cukup penjelasan singkatnyo. : |
(keretekin tangan)
Rasanya udah lama gue nggak nulis senyaman ini kayak di buku harian sendiri. Pengaruh RP selama empat tahun itu ternyata cukup besar juga, loh, walau memang terkadang risih baca tulisan yang nggak EYD atau apalah itu. Namun setelah dipikir lagi, yang kayak gimana pun nggak masalah, toh terpenting adalah maksudnya sampai. At least, that's what I've learned. Bicara soal gaya tulis—atau apapun itu—jelas nggak bakal ada habisnya. Sama kayak katanya nona @___salander, sampai kiamat juga nggak bakal kelar itu masalah. Solusi terakhir? Ya sudah, menjauhlah. Daripada ribut terus nggak ada ujungnya. Yang waras sih, katanya harus mengalah. Susah kalau udah menjurus idealisme gitu, mah.
(diem sebentar)
Tadi gue mau ngomongin apa, toh?
Oh. Soal Musik.
Bukan rahasia umum lagi ya, Indonesia itu lagi kena Hallyu Wave (BLEH) yang sebenernya telat banget. Menyenangkan pada awalnya menyebalkan pada akhirnya. Muak. Bahkan rasanya udah benci banget liat K-Pop diliput tanpa henti di TV (Gue nggak berlebihan. Bisa tolong tonton Hitzteria di Indosiar dan kalian bisa ngerti maksud gue), yang parahnya lagi berita-berita semacam itu jauh lebih cepat didapat dari internet. Sama halnya dengan majalah-majalah 'Asian Entertainment'; yang kadang pemberitaannya salah. Masa SS501 dibilang SHINee? Terus Arashi dihina-hina dan artikelnya diterbitin di majalah? Something's wrong here. Dan gue capek ngomongin soal betapa mata duitannya Indonesia seandainya mau dikait-kaitin sama gelombang yang lagi ada sekarang ini.
Jadi, mari kembali ke Jepang, fandom yang belum pernah gw lepaskan sejak SMP. Kenapa? Sekalinya gue muak sama yang namanya Jepang—musiknya terutama—gue bakal bisa kabur dari mereka paling lama cuma sehari. Sementara K-Pop sekalinya muak gue bakal nggak mau dengerin sama sekali (kecuali yang emang gue demenin lagunya), apalagi grup-grup yang jumlah personilnya banyak banget dan bahkan gue belum hapal sampai saat ini. Supernova pengecualian; sekalipun dia K-boyband, di hati gue dia udah masuk J-boyband mengingat kiprahnya yang sangat underrated di Korea.
Tadi gue sampai dimana...oh, musik Jepang. Nggak cuma satu atau dua orang yang sepakat dengan gue dalam hal ini; fakta dan bukti nyata bahwa musik Jepang lebih mudah diterima serta easy listening dan dengerin berapa kali pun nggak bakalan mabok. Masih ada aura nyaman. Kenapa? Karena musiknya lebih beragam. Selalu ada kejutan. Nggak kayak K-Pop yang belakangan ini makin BLEH gegara musiknya sama semua. Gue pernah denger radio yang muterin beberapa lagu K-Pop dan gue sukses nggak bisa ngebedain mana lagunya si ini dan si itu. Datar, sama, jiplak secara nggak langsung. Dan gue pusing. Karena mereka ngikutin alur Barat sementara Jepang tetap bertahan dengan 'akulturasi ekslusif'-nya? Mungkin.
Pernah satu kali diskusi sama temen gue yang udah expert banget soal fandom Jepang (secara fansnya Arashi belasan tahun) dan dia pengin banget fandom Jepang tetap seperti ini. Kalem, diam, ekslusif, nggak heboh kayak K-Pop (yang haus ketenaran dan publikasi gede-gedean), karena pada dasarnya itulah personaliti Jepang. Diam-diam menghanyutkan. Masalah lain bicara soal strategi marketing, ya, tapi gue rasa pendapatnya bener juga.
Apa salahnya ekslusif?
Kesannya agak sombong, ya, katanya.
Sejujurnya, fandom Jepang itu punya prinsip lola kuadrat (lo lagi lo lagi) gegara lingkupnya kecil baik secara sadar maupun enggak. Menurut gue, itu nggak masalah. Justru bagus, kan, begitu tahu si ini di fandom itu ternyata juga doyan si itu di fandom sana? Nggak harus bertahan juga di satu fandom dan berantem antar fandom nggak perlu. Oh, please, children, that is so last year. Banyak pula yang takut fandom Jepang dimasukin para alay—yang menurut gue lucu—ya terus kenapa? Hak mereka juga mau masuk fandom apa, seneng sama apa, selama nggak ganggu gue dengan kesoktahuannya.
Di fandom Jepang yang gue jadi member forumnya sekarang, dia punya satu misi : memperkenalkan si artis ke seluruh Indonesia. Pelan tapi pasti. Yah, nggak usah muluk-muluk, sodorin aja lagunya dulu, dan itu berhasil. Walaupun nggak serentak, toh perlahan-lahan orang mulai kenal lagunya. Gue sangat kagum dengan fandom ini yang geraknya pelan dan hati-hati tapi nggak maksa orang. Suka banget. Bahkan yang gue tahu, si Head Admin-nya sendiri itu kadang bosen sama artis idolanya. Nah, coba sodorin ke gue siapa yang nggak kena serangan bosen ini? Pasti ada, kan?
Nah, kalau begitu, diambil kesimpulan apa post kali ini?
Hmmm.
Saya lagi muak sama dunia K-Pop yang baru. Tiap hari selalu ada yang baru dan gue capek. Sungguh. Fandom Jepang itu jauh lebih stabil karena beritanya selalu konsisten akan musisi dan penyanyi yang memang sudah ada sejak lama. Beritanya juga lebih meaningful; ekslusif karena nggak semua artis ngebocorin kehidupan pribadinya kayak K-Pop yang kayaknya tiap gerak-gerik si penyanyi ada aja yang bisa dijadiin bahan gosip. Kualitas dan kuantitasnya jelas beda, coba aja bandingin.